• Jelajahi

    Copyright ©
    Sinyal Bekasi

    Iklan

    Harga Beras di Pasar Induk Cipinang Turun, Menghadapi Cuaca Akan Berubah, Zulkifli Rasyid Tidak Bisa Menjamin

    07/03/2024, 15:47 WIB Last Updated 2024-03-07T08:56:44Z

    PENULIS : ADE DWI HIDAYAT

    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini


    WARTAKINIAN.COM
    - Harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) mulai menunjukkan penurunan. Setelah sebelumnya sempat menyentuh angka Rp16.000 per kg untuk beras premium, dan beras medium Rp15.000 per kg.


    Berdasarkan penuturan sejumlah pedagang, harga beras medium hari ini sudah turun Rp2.000 ke harga Rp13.000 per kg, sedangkan beras premium turun Rp1.000-Rp1.500 ke harga Rp14.500 per kg.


    Adapun penurunan harga ini terjadi, menurut para pedagang, karena di beberapa daerah sentra produksi beras sudah mulai panen, sehingga pasokan beras dari daerah mulai masuk ke PIBC. Namun, menurut para pedagang, kondisi ini tidak boleh diabaikan atau tetap harus diperhatikan. Sebab, cuaca ekstrem masih akan terus membayangi sektor pertanian, dan dikhawatirkan juga akan mengganggu panen raya.


    Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (KKPIBC) Zulkifli Rasyid mengatakan, semua pihak masih harus terus melihat situasi yang ada. Katanya, memang di beberapa daerah harga beras sudah mengalami penurunan, tetapi masih perlu hati-hati dan waspada menghadapi cuaca yang seperti sekarang ini.


    "Sebab, cuaca ini ekstrim, tidak dijamin ya. Dengan salah satu contoh saja daerah Demak, itu kan orang mau panen sekarang saja ditimpa banjir, habis (padinya). Itu mengakibatkan kualitas (dan) kuantitas hasil dari panen itu akan berubah, dan harga pun akan berubah," jelas Zul dikutip dari CNBC Indonesia, Selasa (5/3/2024).


    Hal senada juga disampaikan Dedy, salah seorang pedagang beras di PIBC. Ia mengatakan efek El Nino memang nyata benar adanya, dan membuat musim tanam dan panen menjadi mundur.


    "Ini karena ada El Nino. Kita kan musim tanam biasanya mulai di November-Januari, ini karena efek El Nino, banyakan sawah kita mengharapkan dari tadah hujan, pengairannya kurang. Musim tanamnya mundur, panennya juga mundur," kata Dedy.


    "Efek El Nino ini memang ada. Biasanya Maret itu karena sudah mulai panen, biasanya teman-teman pedagang mulai melemah atau enggan untuk membeli tebusan beras operasi pasar bulog, karena beras dari daerah sudah mulai masuk. Tapi berbeda kondisinya dengan sekarang ini," lanjutnya.


    Sementara itu, salah seorang pedagang beras di PIBC, Cecep menyebut penurunan beras di pasar tradisional biasanya terjadi lebih lambat dibandingkan dengan penurunan harga yang terjadi di pasar induk. Hal ini disebabkan, masih adanya selisih harga dari pembelian pedagang itu di pasar induk.


    "Kalau di pasar turunan (pasar tradisional) itu selisihnya bisa Rp1.500-Rp2.000 dari harga di pasar induk, tapi kita lihat dulu. Karena kalau pasar turunan itu biasanya agak lama turunnya, tapi kalau di induk hari ini turun, ya langsung turun hari ini juga," kata Cecep.


    Sementara itu, Anto, pedagang beras di PIBC lainnya menjelaskan, kemungkinan harga beras di pasar tradisional masih mahal karena modal membeli pedagang itu masih mahal, sehingga harganya masih cenderung tinggi.


    "Kemungkinan mereka karena modalnya masih mahal dan nggak mungkin jual rugi. Mereka mungkin belum belanja baru. Kalau sudah belanja baru mungkin harganya bisa agak lebih murah atau turun," jelasnya.


     (Sumber www.cnbcindonesia.com).

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    PEMERINTAH

    +
    /*]]>*/