• Jelajahi

    Copyright ©
    Sinyal Bekasi

    Iklan

    Management Science for Health (MSH) USID Gelar Skrining TBC melalui ACF di Jatimulya Bekasi

    25/06/2024, Selasa, Juni 25, 2024 WIB Last Updated 2024-06-25T12:19:10Z

    PENULIS : ADE DWI HIDAYAT

    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini

     

    Sarah Weinstein, MSH US didampingi Prima Setiawan, Wakil Pimpinan BEBAS TB

    WARTAKINIAN.COM - Sarah Weinstein, perwakilan dari Management Science for Health (MSH) USID, menyampaikan bahwa lembaga mereka, yang berbasis di Amerika, telah menerima mandat dari USID untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat global, terutama dalam bidang kesehatan. MSH fokus pada berbagai program kesehatan, termasuk penanggulangan Tuberkulosis (TBC) mulai dari pencegahan hingga pengurangan kasus.


    Dalam keterangan kepada awak media, Sarah Weinstein mengungkapkan kebanggaannya atas pelaksanaan program skrining TBC melalui pendekatan Active Case Finding (ACF). 


    "Kami sangat senang bisa berkontribusi dalam upaya global untuk mengatasi TBC, salah satu penyakit yang prevalensinya tinggi di banyak negara," ujarnya usai kegiatan skrining TBC melalui ACF (Active Case Finding) di lingkungan RW 19, Perumahan Sakura Regency 3, Kelurahan Jatimulya, Tambun Selatan, Selasa (25/6/2024).



    MSH, yang beroperasi di sekitar 40 negara termasuk Indonesia, telah mengimplementasikan berbagai program kesehatan di seluruh dunia, dengan fokus utama di Afrika. 


    "Kami juga aktif di India, negara dengan beban TBC tertinggi di dunia, serta di Amerika Selatan, Afghanistan, dan Filipina untuk program-program kesehatan lainnya," tambah Sarah.


    Sarah menyoroti bahwa MSH tidak hanya berkutat dengan aspek medis TBC, tetapi juga terlibat dalam manajemen keuangan untuk mendukung program kesehatan ibu dan anak. 


    "Kami mengembangkan berbagai inisiatif termasuk pendanaan untuk kesehatan masyarakat yang holistik," jelasnya.


    Program terbaru MSH, yang dinamai "Info Suplyer", diluncurkan pada 1 November tahun lalu dengan tujuan memperkuat infrastruktur pendukung program kesehatan. 


    "Kami berharap program ini akan menjadi contoh yang baik bagi negara-negara lain dalam membangun keberlanjutan dalam penanggulangan penyakit," tutur Sarah.


    Kehadiran wakil menteri dalam acara peluncuran menunjukkan komitmen pemerintah terhadap upaya ini sejak dimulainya pada tahun 2008. 


    "Kami optimis bahwa kolaborasi yang berkelanjutan akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi kesehatan global," Sarah menambahkan. 


    Camat Tambun Selatan, Sopian Hadi, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dukungan USID dalam program skrining TBC melalui ACF (Active Case Finding) yang dilaksanakan di wilayah Kelurahan Jatimulya, Kabupaten Bekasi, Kecamatan Tambun Selatan.


    "Kita mendapatkan percontohan dari skrining TBC ACF dari Bank Dunia. Kalau memang saya lihat dari anggotanya ada dokter dari Amerika, India, dan lainnya. Program ini difokuskan di Jawa Barat, khususnya di Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan," ujar Sopian Hadi.


    Dalam program ini, setiap Rukun Warga (RW) akan mengirimkan 2.000 orang untuk di tes guna mendeteksi adanya penyakit TBC. 


    "Saya berterima kasih dan bersyukur karena pengecekan ini nanti akan meminta 2.000 warga dari 19 RW di kita. Sampelnya akan di cek untuk melihat apakah ada yang terkena penyakit TBC atau tidak," tambah Sopian Hadi.


    Lebih lanjut, Sopian Hadi menilai program ini sangat bermanfaat dan menunjukkan komitmen dari tim pelaksana yang membiayai seluruh kegiatan tersebut. 


    "Ini cukup bagus sekali karena memang dibiayai oleh tim sendiri. Kita diberikan snack, makan, Rontgen. Bahkan untuk pemeriksaan Rontgen sendiri kalau bayar bisa mencapai Rp120.000," jelasnya.


    Sopian Hadi juga menekankan pentingnya kesadaran warga untuk memeriksakan kesehatannya meski dalam keadaan sehat. 


    "Kita harus bersiap dan berdoa agar mereka sehat, dan semoga tidak ada yang terkena penyakit semacam itu. Yang jelas, kita perlu melakukan skrining dan pemeriksaan untuk memastikan hal tersebut," ujarnya.


    Acara tersebut dihadiri oleh berbagai masyarakat di RW 19, yang menunjukkan antusiasme terhadap program skrining TBC ini. 


    "Hadir semua RW, dan di setiap RW akan ada 2.000 warga yang diambil. Jadi, di Jatimulya total ada 2.000 warga yang akan diperiksa," tutupnya.


    Program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya pencegahan dan penanganan penyakit TBC, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeriksaan kesehatan secara rutin. 


    Untuk diketahui, skrining TBC ACF berlangsung selama 10 hari mulain dari 19 sampai 29 Juni 2024. Kegiatan skrining ini untuk satu hari dua RW dengan target 200 warga. 


    Adapun kegiatan ini bernama program Bebas TB dengan penyelenggaraan MSH (Management Science for Health), diidukung oleh USID Indonesia, Provinsi Jawa Barat, Kementerian Kesehatan, Pemerintah Kabupaten Bekasi. 


    Sementara, Kepala Puskesmas Jatimulya, Ernida Sianturi, menyampaikan pandangannya terkait respon masyarakat terhadap layanan kesehatan yang diberikan dalam kegiatan skrining TBC melalui ACF (Active Case Finding) oleh Bank Dunia.


     Menurutnya, masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan cenderung merespon dengan cepat. Namun, tantangan muncul ketika masyarakat merasa tidak memerlukan, padahal mereka menjadi sasaran penting untuk intervensi kesehatan.


    "Kalau yang membutuhkan, pasti cepat respon ya. Tapi kalau menurut kita itu sudah sasaran yang perlu intervensi, dan mereka merasa sehat, mereka jadi enggan. Kita harus melakukan edukasi terus-menerus," kata Ernida.


    Ernida juga menyoroti masalah kesehatan yang secara nyata bisa terlihat di lapangan, seperti kasus batuk kronis yang seringkali berhubungan dengan masalah kesehatan lain. 


    "Contohnya kalau batuknya sudah lama, pasti kita langsung turun tangan," tambahnya.


    Salah satu fokus utama Puskesmas Jatimulya adalah penanganan stunting pada balita. Ernida menjelaskan bahwa stunting seringkali terjadi akibat infeksi Tuberkulosis (TBC) yang ditularkan dari orang dewasa kepada anak-anak. 


    "Ada balita yang stunting, itu juga jadi sasaran kami. Banyak kasus stunting terjadi karena penularan TBC dari orang dewasa. Ini tantangan yang tidak mudah," ungkapnya.


    "Kita cek semua aspek terkait kasus stunting, tapi masih ada saja yang terlewat. Ini yang harus terus kita tingkatkan," tutup Ernida. ***


    (Dwi)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    PEMERINTAH

    +
    /*]]>*/