WARTAKINIAN.COM - Saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) bervariasi dari sektor usaha dan jumlah sahamnya cukup banyak. Hingga pertengahan 2024 ada lebih dari 920 saham yang bisa diperdagangkan. Sementara kebanyakan investor, hanya memiliki sekitar 20 saham dalam portofolionya.
Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Barat Achmad Dirgantara mengatakan, sebelum memilih saham, ada baiknya seorang investor mengetahui profil risiko masing-masing.
Ada kelompok saham yang dijuluki saham-saham blue chips. Saham-saham tersebut masuk ke dalam daftar saham indeks LQ45. Indeks saham dibuat untuk mengukur pergerakan harga saham.
"Sesuai namanya, ada 45 saham yang terdaftar di dalam indeks ini, yang terdiri atas saham-saham blue chips atau yang memiliki kapitalisasi pasar besar, dan dikenal sebagai perusahaan-perusahaan besar," ucap Achmad, Jumat (29/7/2024).
Ciri-ciri lain dari saham blue chips adalah harga saham yang relatif mahal dan kenaikan harga saham yang juga stabil, tidak terlalu besar, karena perusahaannya sudah stabil.
Saham blue chips cocok untuk investor konservatif dan moderat. Kelemahannya, jika modal terbatas, investor belum tentu bisa membeli saham dalam jumlah banyak karena harga saham sudah mahal.
Ciri lain dari perusahaan yang memiliki saham blue chips, yaitu sudah memiliki brand yang kuat dan berdiri lama serta secara keuangan perusahaan pun sudah mapan dan stabil.
Umumnya perusahaan blue chips membagikan dividen atau keuntungan perusahaan setiap tahun kepada investor. Jadi, walaupun volatilitas harga saham rendah, investor masih memiliki potensi keuntungan lain berupa dividen.
Namun menurut Achmad, investor agresif tentunya mengharapkan keuntungan yang jauh lebih tinggi dari kenaikan harga saham-saham blue chips. Ada kelompok saham yang dikategorikan saham second layer, yaitu saham-saham dari perusahaan menengah atau perusahaan besar tetapi yang berdiri belum terlalu lama.
"Saham-saham yang berasal dari perusahaan yang sedang bertumbuh diyakini memiliki potensi yang dapat berkembang besar di masa depan," katanya.
Saham-saham second layer memiliki ciri-ciri kapitalisasi pasar yang nilainya menengah. Kapitalisasi pasar adalah perkalian antara harga saham dan jumlah saham yang tercatat di BEI.
Lalu, harga sahamnya tidak setinggi saham blue chips, dan volatilitas saham lebih cepat. BEI memiliki indeks saham IDX SMC Composite yang berisi saham-saham dengan kapitalisasi pasar antara Rp1 triliun sampai Rp50 triliun. Lalu dibuat juga indeks saham di kelompok menengah yang likuid atau aktif diperdagangkan, dengan nama IDX SMC Liquid.
"Investor yang tertarik berinvestasi di saham second layer yang memiliki potensi keuntungan lebih besar dengan potensi risiko lebih tinggi pula, bisa memilih saham-saham yang ada dalam daftar indeks IDX SMC," tutur Achmad.
'Mengapa ada potensi kerugian pada perusahaan menengah? Karena perusahaan yang sedang bertumbuh mungkin saja memiliki proyek-proyek atau tengah mengembangkan produk-produk yang masih dalam proses tender atau uji coba," imbuhnya.
Sumber: jabarprov.go.id
(Red)