WARTAKINIAN.COM - Purwokerto, Masjid Ulul Albab di Perumahan Griya Satria Bancarkembar mencatat sejarah baru dengan menggelar Salat Jumat inklusif untuk pertama kalinya pada 9 Agustus 2024. Bekerja sama dengan Batir Isyarat Banjoemas, sebuah komunitas yang mendukung pengembangan potensi teman tuli di Banyumas, masjid ini menghadirkan Juru Bahasa Isyarat (JBI) untuk memfasilitasi jamaah tuli dalam memahami khutbah secara penuh.
Ahmad Sabiq, takmir masjid yang juga dosen Fisip Unsoed, bertindak sebagai khatib dengan tema khutbah "Inklusi Sosial dalam Islam." Firman Prayoga, anggota Batir Isyarat Banjoemas, bertugas sebagai JBI dalam kegiatan tersebut.
Kegiatan ini disambut antusias oleh berbagai kalangan, mulai dari warga perumahan, mahasiswa, hingga jamaah tuli yang turut hadir.
Dalam khutbahnya, Ahmad Sabiq menekankan bahwa ini adalah langkah awal untuk membuka kesadaran tentang pentingnya inklusivitas dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam peribadatan.
"Islam mengajarkan kita untuk saling merangkul tanpa melihat perbedaan. Menyediakan Juru Bahasa Isyarat dalam Jum'atan adalah wujud nyata bahwa masjid harus menjadi tempat yang ramah dan inklusif bagi semua jamaah," ungkap Ahmad Sabiq dalam khutbahnya.
Firman Prayoga, yang bertindak sebagai JBI, menyampaikan rasa bangganya dapat berpartisipasi dalam acara ini.
"Ini adalah pengalaman yang luar biasa. Dengan menghadirkan JBI, masjid menunjukkan kepedulian dan komitmen dalam memberikan ruang bagi semua jamaah, tanpa terkecuali," ujarnya.
Teja, seorang aktivis Batir Isyarat Banjoemas yang juga hadir dalam salat Jumat tersebut, memberikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif ini. “Kami merasa diterima dan dihargai. Ini adalah langkah penting menuju perwujudan inklusi sosial, di mana semua orang dapat beribadah dengan nyaman, terlepas dari kondisi fisik mereka,” kata Teja.
Inisiatif ini menjadi momentum penting untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya inklusi sosial dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam kegiatan keagamaan.
Langkah ini diharapkan menjadi model bagi masjid-masjid lainnya dalam mengembangkan konsep inklusivitas. Dengan demikian, masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga simbol dari keberagaman dan penerimaan terhadap semua golongan masyarakat. (Red)