WARTAKINIAN.COM - Penyakit sifilis pada pria merupakan salah satu gangguan kesehatan yang ditakuti kaum Adam. Dikenal juga sebagai raja singa, penyakit yang dikategorikan sebagai infeksi menular seksual (IMS) ini biasanya bermula dari luka pada nyeri yang muncul di mulut, alat kelamin, maupun rektum. Adapun penyebarannya terjadi akibat kontak seksual dengan orang yang sudah terinfeksi lewat selaput lendir atau kulit yang terluka.
Artikel ini pun hadir untuk membuka wawasan Anda terhadap sifilis, dari gejala, penyebab, cara mengatasi, hingga pencegahannya. Berikut adalah penjelasan yang diharapkan membantu dalam mengenal dan mewaspadai risiko penularannya.
Mengenal sifilis pada Pria
Sifilis sebenarnya termasuk penyakit yang mudah disembuhkan saat didiagnosis sedini mungkin. Pengobatan yang diberikan adalah antibiotik yang harus dikonsumsi sesuai dosis dan sampai habis. Sementara membiarkannya berpotensi mengancam nyawa seseorang, sebab dapat menyerang organ-organ vital, termasuk jantung.
Bakteri Treponema pallidum adalah bakteri yang memicu seseorang terkena sifilis. Pasien yang terinfeksi penyakit ini akan mengalami penularan dalam dua tahap, yakni primer dan sekunder. Pada kasus-kasus tertentu yang lebih parah, pasien masuk ke tahap laten dan tersier.
Sifilis tak dapat menular melalui toilet dan bak mandi, pakaian dan alat makan yang sama, kolam renang, gagang pintu, dan bak air panas. Pasien yang sudah sembuh juga harus waspada, sebab meski tak berpotensi kambuh, sifilis dapat kembali saat mereka terkena kontak dengan pasien lain.
Gejala
Sifilis yang dialami lelaki paling sering muncul di penis dan bagian bawah kulupnya, sekitar anus, di dalam rektum, serta di mulut atau bibir. Gejala yang patut Anda waspadai mencakup:
Nyeri saat buang air kecil;
Kerontokan rambut di janggut, alis, dan kepala;
Luka memerah tanpa ada rasa nyeri pada mata, kulit, kerongkongan, kelamin, dan anus;
Warna kulit berubah cenderung kekuningan;
Keluhan menyerupai flu seperti kelelahan, sakit kepala, serta suhu tinggi;
Ruam di telapak tangan dan kaki yang kadang menyebar ke bagian tubuh lain;
Edema/bengkak pada kelenjar;
Nyeri yang muncul saat berhubungan seksual;
Adanya kotoran atau cairan yang keluar dari penis.
Penyebab
Seperti yang disinggung, bakteri Treponema pallidum merupakan penyebab utama seseorang menderita sifilis. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko penyakit sifilis pada lelaki, di antaranya adalah:
Hubungan seksual dengan seseorang yang sudah terinfeksi;
Tak memakai pengaman seperti kondom untuk berhubungan seksual;
Berganti pasangan seks tanpa pengecekan riwayat kesehatan;
Hubungan seks sesama jenis;
Sudah terinfeksi AIDS yang disebabkan HIV;
Penyebaran melalui cairan darah.
Pada kasus yang jarang terjadi, sifilis dapat menular lewat kontak langsung tak terlindungi selama ada lesi aktif. Sehingga aktivitas seperti berciuman bisa berbahaya apabila faktor tersebut dilibatkan.
Cara dokter mendiagnosis sifilis pada pria
Ketika melakukan diagnosis, dokter yang menangani pasien akan menanyakan riwayat seksual. Misalnya aktivitas seks yang dilakukan bersama pasangan dan pemakaian proteksi. Dalam hal ini, pasien diharapkan memberikan penjelasan lengkap dan jujur untuk mencegah kesalahan diagnosis.
Dokter juga akan melakukan beberapa tes apabila dibutuhkan. Mereka biasanya meminta sampel darah untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi. Jenis cairan lain atau sepotong kecill kulit yang berasal dari luka termasuk yang diminta dari Anda untuk pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium.
Cara mengatasi
Seperti yang disebutkan, konsumsi antibiotik adalah metode pengobatan yang paling umum direkomendasikan dokter. ada sejumlah antibiotik yang akan diberikan kepada pasien, antara lain:
Antibiotik golongan beta laktam
Antibiotik beta laktam salah satunya penisilin. penisilin akan diresepkan saat pasien menderita sifilis kurang dari setahun. Pemberian penisilin pun dilakukan melalui suntikan dosis tunggal. Sementara kalau penyakitnya sudah dialami selama lebih dari setahun, dosis akan ditingkatkan.
Antibiotik golongan Tetrasiklin
Selanjutnya ada golongan tetrasiklin untuk menangani sifilis awal. Sementara pasien yang sudah masuk ke tahap laten akan diminta mengonsumsi antibiotik ini sesuai anjuran dokter spesialis dermatovenereologi
Antibiotik golongan Sepalosphorin
Jenis antibiotik lainnya yang kerap diberikan kepada pasien sifilis adalah golongan sepalosphorin seperti ceftriaxone dengan pemberian secara intravena.
Penggunaan obat tersebut diatas tentunya sebelum mengonsumsi, Anda harus konsultasi dengan dokter spesialis dermatovenereologi
Komplikasi
Ketika sifilis tak segera ditangani, risiko komplikasi berikut akan semakin besar terjadi:
Benjolan kecil (gumma);
Tumor;
Gangguan neurologis;
Masalah kardiovaskular;
Infeksi HIV/AIDS
Pencegahan sifilis pada pria
Sebelum terlambat, Anda bisa melakukan pencegahan seperti:
Tak mengonsumsi obat-obatan terlarang;
Hanya memiliki dan setia pada satu pasangan seksual;
Pakai kondom untuk hubungan seks aman;
Jujur kepada pasangan terkait riwayat seksual.
Melakukan pemeriksaan berkala untuk yang berisiko
Kapan harus ke dokter/dokter spesialis dermatovenereologi?
Ada baiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter saat merasakan lebih dari satu gejala penyakit sifilis pada pria. Jika dibiarkan atau ditangani secara mandiri tanpa berkonsultasi dengan dokter yang tepat, penyakit tersebut dikhawatirkan bakal semakin parah dan menyebabkan komplikasi.
Dengan penjelasan di atas, mudah-mudahan Anda dapat menjaga kualitas kesehatan secara optimal!
Narasumber:
dr. Danu Yuliarto, Sp. DVE
Spesialis Dermatovenereologi
Primaya Hospital Pasar Kemis
(Red)